Sabtu, 11 Februari 2023

Koneksi antar Materi 3.1.a.8.1

 

Rangkuman Koneksi antar Materi 3.1.a.8.1

      

Dalam kesempatan ini saya menguraikan sebuah pemahaman saya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak angkatan 6. Pada modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran di kegiatan Koneksi Antar Materi CGP harus membuat sebuah tulisan koneksi antar materi dari materi sebelumnya yang sudah dipelajari selama Pendidikan Guru Penggerak. 

 Adapun pemaparannya sebagai berikut: 

Melalui pemahaman sebuah kalimat yang dikemukakan oleh Bob Talbert:

“Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best yang memiliki arti, Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

 Pada modul 3.1.a.8 materi Koneksi antar materi ini secara garis besar menjelaskan mengenai   dua hal :

1.      Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

2.      Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

 

Oleh sebab itu, dari kedua pertanyaan tersebut, berikut ini saya sertakan beberapa pemahaman mengenai pembelajaran yang sudah dapatkan dalam Pendidikan guru penggerak. kemudian dirangkum menjadi proses perjalanan pembelajaran sebagai CGP pada program guru penggerak ini dari awal sampai dengan saat ini .

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

 

Dalam hal ini, harus diketahui dalam pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki tiga prinsip dasar berkarya, yaitu:

 

ü  Ing Ngarso Sung Tuladha, di depan memberi teladan atau contoh.

ü  Ing Madya Mangun Karsa, di tengah membangun motivasi atau membimbing.

ü  Tutwuri Handayani, di belakang memberi dukungan atau dorongan.

 

Dapat dipahami bahwa filosofi Pratap triloka, maka seorang guru akan lebih mudah dalam membuat suatu keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, karena seorang pemimpin haruslah bisa memberikan suatu keteladanan yang dapat diadopsikan oleh orang yang lainnya. 

 

Baik dalam bertindak maupun bertutur kata harus senantiasa berfikir secara bijak. Dalam hal ini beberapa kebijakan yang akan diambil nantinya akan memberikan dampak kepada orang yang sedang mengalami masalah. Dalam hal inilah maka penerapan Ing Madya Mangun Karsa dan Tutwuri Handayani perlu diterapkan dengan baik. 

 

Karena dalam memberikan keputusan, seseorang guru tidak serta merta berfikir dengan satu prinsip saja. Namun beberapa prinsip seperti prinsip hasil akhir, peraturan, dan rasa peduli.

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

Nilai-nilai yang mulai tertanam pada diri saya selama mengikuti proses pembelajaran Pendidikan guru penggerak antara lain adalah sebagai berikut :

a.       Mulai memahami serta menerapkan bahwa pengajaran (onderwijs) merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah sebuah pendidikan dengan cara memberi ilmu yang bermanfaat untuk anak -anak baik secara lahir maupun batin.

b.      Pendidikan (opvoeding) itu dilakukan dengan cara menuntun kodrat yang dimiliki anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan masyarakat.

c.       Berfikir bahwa hidup tumbuh anak itu diluar kehendak pendidik karna anak tumbuh menurut kodratnya sendiri.

d.      Mulai menanamkan dalam pola fikir saya bahwa kodrat adalah kekuatan yang ada pada anak. Pendidik hanya bisa menuntun untuk memperbaiki lakunya atau dasarnya.

e.       Pendidikan diibaratkan seorang petani yang hanya bisa merawatnya namun tidak bisa merubah kodrat tanaman yang ia tanam. Biji padi akan tetap menjadi padi. 

 

Dengan tertanamnya nilai-nilai yang sudah saya yakini di atas, tentunya beberapa hal tersebut berpengaruh dalam prinsip pengambilan sebuah keputusan. Seorang guru harus menerapkan minimal salah satu dari tiga prinsip di bawah ini:

1.      Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.      Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

Oleh sebab itu, dengan berfikir bahwa Pendidikan adalah suatu pengajaran yang bermanfaat bagi anak maka dalam pengambilan keputusan pastilah memikirkan hasil akhir yang di dapatkan anak. 

 

Perlu diketahui bahwa menerapkan prinsip peraturan serta rasa peduli dalam setiap pengambilan keputusan mesti berdasar dengan pola pemikiran bahwa kita sebagai guru adalah sebagai penuntun berkembangnya potensi anak, rasa peduli kita diibaratkan seperti prinsip dalam merawat padi agar bisa tumbuh menjadi lebih baik. Berusaha untuk lebih bijak dalam setiap pengambilan keputusan karena semua haruslah berpihak kepada anak.

 

Tentunya hal ini harus berdasarkan kondisi dan situasi yang sedang dihadapi anak saat itu. Dalam setiap pengambilan keputusan ada baiknya seseorang harus memberikan motivasi intrinsik. Hal ini dapat bermanfaat untuk memberikan kekuatan dalam diri anak untuk dapat tumbuh lebih baik.

 

Bagaimana kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil.

 

Dalam kegiatan terbimbing yang telah dipelajari, seorang guru haruslah dapat memanfaatkan suatu pendekatan inkuiri apresiatif dalam setiap tindakannya. Hal ini adalah salah satu langkah untuk mewujudkan point penting KHD. Hal yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

 

1.      Memfokuskan pembelajaran yang berpihak kepada murid

2.      Menggali potensi pada diri anak (bakat, minat, ketrampilan) dan menyesuaikian dengan kodrat zaman (perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman)

3.      Menciptakan pembelajaran di kelas yang menyenangkan serta bermakna.

4.      Menumbuhkan motivasi intrinsik pada anak.

 

Selain hal tersebut, hal-hal konkrit yang bisa kita terapkan adalah melalui pendekatan BAGJA  (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran,Gali Mimpi, Jabarkan rencana, Atur Eksekusi:

1.      Memahami kekuatan positif dan kelemahan pada sekolah.

2.      Menggali kekuatan positif sekolah

3.      Menyususn Visi sekolah sesuai pendekatan Inkuiri Apresiatif.

4.      Menyelesaikan kendala yang muncul dengan mempersiapkan solusi pemecahannya dengan berkolaborasi dengan teman sejawat.

5.      Menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan sekolah.

6.      Menjalankan peran masing-masing dengan baik dan penuh tanggungJawab.

 

Dalam kegiatan terbimbing yang dilakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil.

 

Tentunya hal-hal tersebut di atas sangat mempengaruhi pola fikir dalam setiap Langkah yang diambil. Baik penerapan filosofi KHD, maupun penerapan inkuiri apresiatif serta BAGJA. Kedua hal tersebut menjadi pondasi utama dalam setiap keputusan serta Tindakan yang saya laksanakan selama ini.

 

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

 

Dengan berpedoman pada pemahaman Patrap triloka, inquiri apresiatif, serta BAGJA tentunya pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif karena sesuai dengan tingkat pemahaman siswa, telah berlandaskan pada perkembangan zaman, kebutuhan siswa, serta disesuaikan dengan kondisi serta potensi yang dimiliki.

 

Prinsip-prinsip yang sudah dipelajari selama ini dapat digunakan untuk melakukan coaching agar dapat menyelesaikan permasalahan serta mengambil sebuah keputusan dengan lebih bijak.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

 

Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika seorang pendidik, pastinya kita harus kembali mengingat nilai dan peran seorang guru. Sejatinya guru adalah seorang suri tauladan untuk siswa-siswinya. 

 

Prinsip moral dari dalam diri haruslah disesuaikan dengan prinsip etika, rasa peduli, berfikir jangka Panjang. Sekalipun hal tersebut berbenturan dengan peraturan. Namun hal tersebut perlu dicermati, difahami situasi dan kondisinya.

 

Berlatih bijak agar nantinya tidak memberikan kerugian namun dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak. Berpedomanlah bahwa pengambilan setiap keputusan haruslah dilakukan demi kebaikan orang bayak, menjunjuk tinggi prinsip-prinsip/nilai -bilai dalam diri anda, serta melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

 

Dalam proses pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Karena tidak ada pihak yang dirugikan. Sehingga hasil akhirnya sesuai denga apa yang diinginkan. 

 

Mengenai bagaimana cara serta langkah-langkah yang dapat diambil dalam pengambilan keputusan yang tepat, berikut ini saya sampaikan 9 langkah pengambilan keputusan yang efektif. Dengan menerapkan 9 langkah ini akan dapat memandu kita untuk mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya bebrapa nilai-nilai yang bertentangan.

Berikut ini 9 langkah pengambilan keputusan yang dapat diambil.

 

1.      Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan.

a.       Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.

b.      Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. 

 

Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi.  

 

2.      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tertentu

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

 

 

 

3.      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.  

Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. 

Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.

 

4.      Pengujian benar atau salah

ü  Uji Legal

Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.

 

ü  Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya,  seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Uji Intuisi.

 

ü  Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. 

Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

 

ü  Uji Halaman Depan Koran

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Anda merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Anda sedang menghadapi dilema etika.

 

ü  Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

 

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

ü  Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

ü  Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

ü  Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

 

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

 

5.      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dapat menggunakan 4 paradigma yang disesuaikan dengan situasi sebagai berikut:

Ø  Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Ø   Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Ø  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Ø   Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

Pentingnya  mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.

 

6.      Melakukan Prinsip Resolusi 

Menentukan 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Ø  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Ø   Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Ø  Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

7.      Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah

 

8.      Buat Keputusan

 

Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

 

 

 

 

9.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Ø  Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

Ø  nilai- nilai yang saling bertentangan dengan studi kasus tersebut adalah nilai moral, kesetiakawanan, rasa peduli, akibat jangka panjang.

 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

 

Dalam hal ini, sedikit mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika. Karena selama saya telah mensosialisasikan ilmu yang saya dapat dari pendidikan guru penggerak ini kepada rekan sejawat di sekolah saya. Sehingga hal tersebut dapat membantu saya dalam mengambil setiap keputusan  dalam mengangani sebuah kasus-kasus dilema etika. 

Perubahan paradigma  dengan menerapkan pembelajaran berpihak kepada murid, pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, serta Kompetensi Sosial Emosional sangatlah membantu saya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang muncul. Terlebih lagi adanya Pendidikan coaching memberikan saya ruang untuk belajar memahami permasalahan sebelum mengambil sebuah tindakan/ keputusan yang akan saya ambil.

 

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

 

Jelas sekali terasa adanya perubahan pada diri saya dalam praktik nyata di sekolah, bahwa pada akhirnya pelaksanaan pembelajaran yang memerdekakan murid dengan menerapkan filosofi KHD, penerapan inquiri apresiatif, BAGJA, pembelajaran berdiferensiasi, KSE sangatlah membantu saya dalam mngambil sebuah keputusan karena didasari dengan prinsip-prinsip ilmu tersebut dan dilakukan dengan tekhnik coaching dalam mencari akar permasalahannya. Sehingga pengambilan keputusan tidak merugikan anak dan berpihak kepada mereka.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

 

Pengambilan keputusan yang keliru dapat menimbulkan dampak negative bagi murid. Baik memberikan efek jangka pendek maupun efek jangka Panjang. Jadi guru harus benar-benar bijak dalam mengambil sebuah keputusan. Beberapa prinsip seperti peraturan, rasa peduli, serta hasil akhir haruslah dijadikan pedoman terhadap pengambilan keputusan. 

 

Namun hal tersebut tentunya harus melihat situasi dan kondisi yang dihadapi. Apakah melanggar norma? Apakah masih bisa diperbaiki? Ataukah memang harus tegas dalam penerapan peraturan yang ada . 

 

Hal ini sangatlah berpengaruh untuk hasil akhirnya. Seberapa besar dampak yang akan diterima anak? Apakah berdampak postif ? atau malah berdampak negatif? Hal ini perlu difikirkan matang-matang sebelum keputusan diambil.

 

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

 

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembelajaran modul ini adalah bahwa segala Tindakan yang akan kita ambil untuk menentukan sebuah keputusan haruslah berpedoman kepada Filosofi KHD yaitu patrap triloka. 

 

Selain itu penerapan Inquiri Apresiatif, Pembelajaran Berdiferensiasi, serta pengendalian diri guru dalam emosi dengan menerapkan KSE dapat membantu saat melkukan tekhnik coaching serta mencari tau permasalahan yang dihadapi siswa maupun guru untuk menangani sebuah permasalahan serta dapat mencari sebuah solusi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. 

 

Pengambilan keputusan tentulah harus berpihak kepada anak, dan menerapkan rasa peduli serta memikirkan perkembangan anak jangka panjangnya